Pages

Rabu, 26 Januari 2011

7.000 balita di Kepri gizi buruk

Jumlah balita gizi buruk di Provinsi Kepulauan Riau, menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010) adalah sekitar 4 %. Jika diperkirakan jumlah balita yang ada sebanyak 162 ribu berarti yang gizi buruk ada sekitar 7 ribu anak!!!

Status gizi buruk ditetapkan dengan penimbangan. Kemudian hasil penimbangan balita tersebut disesuaikan dengan standar berdasarkan umurnya. Standar yang digunakan di Indonesia adalah baku antropometri balita WHO 2005 melalui klasifikasi berdasarkan nilai terstandar (Z-score). Namun, secara cepat kita juga dapat menilai apakah status gizi balita ini buruk atau tidak melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dimiliki oleh Balita yang ditimbang di posyandu. Secara langsung pun kita dapat mengetahui status gizi anak yang tergolong buruk. Dari postur tubuhnya yang kurus kering saja udah dapat dipastikan dia gizi buruk atau tidak. Semua kurus kering pasti gizi buruk namun tidak semua gemuk adalah gizi lebih atau normal.

Gizi buruk menurut gejala klinis terbagi atas tiga jenis yaitu marasmus, kwasiorkhor dan penggabungan keduanya (marasmus kwasiorkhor). Marasmus jika dia terlihat kurus kering. Kwasiorkhor badan kelihatan bengkak terutama bagian kaki, wajah sembab (moon face, rambut berubah warna menjadi kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut kriting menjadi lurus. Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia. Sedangkan marasmus kwasiorkhor adalah gabungan keduanya dengan ciri utama badan kurus kering, perut buncit dan rambut mudah di cabut (rontok) biasanya juga disebut dengan busung lapar.

Nah, di Kepri ada berapa banyak busung lapar yang ditemukan?? Sayang sekali Riskesdas tidak mempunyai data tentang itu. Dari jumlah kasus gizi buruk sebanyak 7.000 kasus, maka kita tidak akan kesulitan menemukan balita gizi buruk. Mari kita cek disekitar tempat kita masing-masing. Apa iya?? Berapa banyak marasmus, berapa kwasiorkhor atau berapa busung lapar??

Jadi, kemungkinan gizi buruk yang ada tidak begitu buruknya deh. Mungkin garisnya status gizinya di titik gizi buruk namun di dekat-dekat gizi kuranglah. Kemudian tidak disertai dengan gejala klinis, makanya jumlah balita gizi buruk sebanyak itu di Kepri jarang sekali kita jumpai di jalanan. Mungkin ada sih yang seperti itu, tapi satu dua lah. Jadi, janganlah pikiran kita langsung tertuju pada keadaan fisik busung lapar begitu mendengar ada balita yang gizi buruk!!

Issu gizi buruk itu sebenarnya sangat meresahkan. Coba aja, jika ada kasus gizi buruk di suatu kecamatan atau kabupaten? Habislah camat dan bupatinya diwawancarai. Namun, perlu kita ketahui bahwa gizi buruk itu sebenarnya sulit untuk di hilangkan. Makanya pemerintah tidak ada yang berani menetapkan menghilangkan gizi buruk sampai 0 %. Provinsi Kepri berani menargetkan menurunkan angka gizi buruk diwilayahnya menjadi < 1%. Target ini lebih rendah dibandingkan target nasional 3,6 %. Artinya, jika dalam sebuah komunitas terdapat 1.000 balita kemudian ditemukan 2 balita gizi buruk maka itu masih bisa dikatakan wajar. Bahkan sampai 10 balita gizi buruk pun masih dikatakan wajar.

Status gizi balita menjadi buruk disebabkan oleh dua penyebab langsung. Yaitu kurangnya asupan makanan serta terjadinya penyakit infeksi terutama diare. Nah, di Kepri ini apa yang menyebabkan terjadinya gizi buruk sebanyak 4 % itu? Mungkin karena 7 ribu dari 162 ribu jumlah balita yang ada di Kepri ini gak makan?? Atau mungkin karena balita itu sakit-sakitan??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar