Pages

Rabu, 19 November 2014

Sektor Unggulan Kota Tanjungpinang



Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. 
Analisis pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk menjadi indikator kemajuan dan kesejahteraan sebuah negara atau wilayah dan pertanda tumbuh-kembangnya aktifitas ekonomi sebuah negara atau wilayah serta diharapkan akan memberi kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk prosentase dan bernilai positif, tapi mungkin saja bernilai negatif (mislakan saja pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1998 minus sekitar 4 – 6 %). Negatifnya pertumbuhan ekonomi tentu saja disebabkan adanya penurunan yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun berikutnya diabndingkan dengan tahun sebelumnya.
Untuk mengidentifikasi unggulan (potensi) ekonomi daerah kita dapat menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analisis (SSA). Analisis LQ menunjukkan tingkat keunggulan komparatif suatu komoditi di suatu daerah di bandingkan daerah lainnya secara rata-rata. Apabila hasil analis LQ nilainya lebih dari 1 (LQ>1), maka dapat disebut komoditas unggulan. Analisis shift – share pada hakekatnya merupakan teknik yang sederhana untuk menganalisis perubahan struktur perekonomian suatu wilayah dan pergeseran struktur ekonomi suatu wilayah.
            Berdasarkan teori tersebut maka tabel  berikut menggambarkan komoditas unggulan di Kota Tanjungpinang terhadap provinsi Kepulauan Riau dengan menggunakan analisis LQ.
Tabel 1
Tabel Analiis LQ berdasarkan data PDRB Kota Tanjungpinang
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2012
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012
RATA2
KET
CONS.
EKSPOR
Pertanian
0.40
0.40
0.40
0.40
0.40
NON BASIS
249.35
-149.35
Pertambangan dan Penggalian
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
NON BASIS
15189.72
-15089.72
Industri Pengolahan
0.49
0.48
0.46
0.46
0.47
NON BASIS
211.70
-111.70
Listrik, gas dan air bersih
1.12
1.24
1.17
1.22
1.19
BASIS
84.21
15.79
Bangunan
2.01
1.99
1.98
2.01
2.00
BASIS
50.10
49.90
Perdagangan, hotel dan restoran
1.43
1.41
1.42
1.39
1.41
BASIS
70.76
29.24
Pengangkutan dan Komunikasi
3.41
3.50
3.56
3.57
3.51
BASIS
28.50
71.50
Keuangan, Persewaan dan Jasa
1.49
1.56
1.66
1.68
1.59
BASIS
62.72
37.28
Jasa-Jasa
3.03
3.09
3.05
3.01
3.05
BASIS
32.84
67.16
TOTAL
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
100.00
0.00
Sumber: data primer Analisis LQ berdasarkan laporan BPS Tanjungpinang
            Dari tabel hasil analisis location quotion (LQ) Kota Tanjungpinang di atas, terlihat bahwa sektor Listrik, gas dan air bersih; Bangunan; Perdagangan, hotel dan restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa; dan, Jasa-jasa merupakan sektor basis Kota Tanjungpinang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh status administratif Kota Tanjungpinang sebagai ibu kota provinsi.
            Berdasarkan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor yang menjadi sektor basis merupakan sektor kuat disebabkan karena nilai LQnya yang lebih besar dari satu (LQ>1). Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut potensial dalam menunjang perekonomian Kota Tanjungpinang dan mempunyai kecenderungan ekspor ke daerah lain. Sedangkan yang menjadi sektor non basis yaitu sektor-sektor yang nilai LQnya lebih kecil dari satu (LQ<1 daerah="" dari="" impor="" ini="" kecenderungan="" lain.="" mempunyai="" menyebabkan="" sehingga="" sektor-sektor="" span="" untuk="">
Analisis sektor unggulan selanjutnya untuk melihat daya saing masing – masing sektordengan menggunakan Analisis Shift – Share. Adapun rumus perhitungan analisis shift – share:
                                            
Keterangan:
a     = Komponen Pertumbuhan Nasional  (PN)
b     = Komponen proportional shift (PS)
c     = Komponen differential shift (DS)
X..   = Nilai total aktifitas dalam total wilayah
X.i   = Nilai aktifitas tertentu dalam total wilayah
Xij   = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
t1    = titik tahun akhir
t0    = titik tahun awal

Analisis SSA dengan menggunakan data PDRB digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 2
Tabel Analisis SSA berdasarkan data PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Lapangan Usaha 
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2012
 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sektor Pertanian; pertambangan dan penggalian; pengangkutan dan komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa; serta Jasa-jasa  di Kota Tanjungpinang memiliki pertumbuhan lambat dan memiliki daya saing kurang baik (Kategori III – D dan P Negatif). Sedangkan sektor  industri pengolahan, Listrik, gas dan air bersih; Bangunan; serta Perdagangan, hotel dan restoran memiliki pertumbuhan cepat tetapi memiliki daya saing yang kurang baik (Kategori II – D Negatif dan P Positif).
Kota Tanjungpinang tidak memiliki sektor usaha yang memiliki pertumbuhan cepat dan memiliki daya saing yang baik (Kategori I – D dan P Positif) serta sektor usaha yang memiliki pertumbuhan lambat dan memiliki daya saing yang  baik (Kategori IV – D Positif dan P Negatif).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar