Pages

Senin, 21 Maret 2011

Di Tengah Hutan Di Bawah Langit Biru

Mempersiapkan diri mengikuti hiking bersama teman-teman. Mulai dari 3 T (Tongkat, Tali, Tenda) dan PSG (piring, sendok, gelas) hingga mendata pakaian luar dan dalam satu persatu. Setelah itu dengan menyusun pakaian kedalam ransel. Meransel ini ternyata bukan perkara biasa, perlu keahlian tertentu sehingga barang segitu banyak dapat tersusun rapi dalam ransel.

Setelah siap dengan segalanya, bersama puluhan teman menunggu jemputan datang. Biasanya sih angkutan murah meriah yang bernama TRUK. Truk yang dapat memuat peserta hingga 80 orang. Himpit-himpitan, injit-injitan. Perjalanan pun dilalui dengan riang. Ditambah dengan gerakan truk akibat jalan tanah yang tak rata, oleng kekiri – oleng ke kanan, sambil menyanyikan lagu gembira.

Sampai di kaki gunung, memperhitungkan langkah pertama. Berbekal doa dan harapan mulai menapakkan kaki satu persatu di batu yang basah, lumpur dan rerumputan. Dengan lagu rimba raya, bersama teman-teman, berkelompok, saling memberi semangat.
Hingga pertengahan rute, pos ke IV dari VIII pos yang direncanakan, nafas mulai saling memburu. Apa kamu mau berhenti disini, sedang kamu belum sampai? Ayo kawan maju, sampai yang dituju, jangan ada kata menyerah kalah!!

Hingga di puncak target dan tujuan perjalanan. Keindahan alam tiada terkira. Puncak bukit diselimuti awan putih berbaris indah. Aroma rumput, tanah dan dingin yang menusuk serta pemandangan yang indah membuat takjub. Berapa manusia sangat kecil, betapa Allah maha kuasa.


Kembali kelereng bukit, mendirikan tenda. Eits, mendirikan tenda juga bukan perkara gampang. Butuh keahlian khusus serta perhitungan yang tepat. Apa lagi yang kami bawa adalah kemah pramuka berbentuk segi tiga, bukan tenda DOM atau tenda bulan. Untuk masalah bongkar pasang tenda, kami mempunyai keahlian mampu mendirikan tenda dan merubuhkannya kembali hanya dalam waktu satu menit!!. Blesss.

Tenda sudah terpasang, kegelapan malam pun telah menghampiri. Unggun api disiapkan untuk menjaga kehangatan serta untuk menjaga dari binatang buas dan makhluk halus. Dikelilingi oleh puluhan tenda yang telah berdiri, unggun api pun dinyalakan. Kemudian ibadah bagi yang mampu, yang pasti mandi merupakan kebutuhan tidak penting mendesak deh. Yang penting mendesak adalah kompor medan butterfly dengan gasnya harus disiapkan. Nesting dan mie rebus pun stand bye. Kopi dan rokok perkemahan tidak ketinggalan, biar gak digigit nyamuk apapun yang berasap dan dapat dihisap dihajarnya.

Kemudian keheningan malam pun pecah dengan riuh cerita orang ke orang. Lagu dan puisi serta tari menghiasi sepanjang malam. Betapa kesendirian dan kepongahan pribadi lebur pada saat itu. Yang ada adalah saling menghargai, mendengar dan mengerti.

Terbuai dengan bius alam raya. Meninggalkan kebiasaan modern dengan segala aura individualisnya. Di sini, di hutan ini, di puncak gunung ini, hanya ada kita dan alam. Dengan segala keramahan dan kesederhanaan. Memberikan pengertian bahwa kebersamaan dan komunikasi adalah yang utama.


Gambar dari : http://maidilsyahputra.blogspot.com/2011/02/olah-raga-itu-penting.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar