Pages

Kamis, 04 Juni 2015

FILSAFAT ILMU PERENCANAAN



Arti etimologis dari filsafat adalah “cinta akan hikmat”  Philos berarti pencari dan  Sophia berarti pengetahuan. Filsafat merupakan suatu refleksi dalam bentuk kegiatan akal budi, maupun kegiatan perenungan. Pengertian yang diterima, direnungkan lebih lanjut, sehingga selain pengertian tersebut, kita mendapatkan pula suatu arti dan makna dari pengertian tersebut. Refleksi filsafat cukup luas dan tidak terbatas hanya pada bidang atau thema tertentu.
Berfilsafat dimulai dari dorongan untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Jadi untuk mendapatkan pengetahuan yang benar melalui filsafat adalah untuk mengetahui apa yang diketahui dan mengetahui pula apa yang belum diketahui.
Pada hakekatnya sumber pengetahuan ada empat yaitu Rasionalisme melalui ide-ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide-ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pemikiran manusia tetapi jauh sudah ada sebelum manusia memikirkannya; Empirisme melalui fakta/pengalaman yang konkrit. Gejala-gejala alamiah menurut kaum empiris ini dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca-indera manusi;  Intuisi merupakan salah satu sumber pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu masalah yang sedang kita pikirkan, yang kemudian kita tunda tiba-tiba muncul dalam benak kita yang lengkap dengan jawabannya namun kita tidak bisa (belum bisa) menjelaskan bagaiman caranya kita sampai ke sana; dan  wahyu merupakan salah satu sumber pengetahuan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Pengetahuan semacam ini hanya disalurkan lewat makhluk-makhluk pilihan-Nya. Agama, merupakan sumber pengetahuan yang bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman/empiri, tetapi juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental; yakni seperti latar belakang penciptaan manusia, tentang kehidupan kemudian di akhirat nanti, dan sebagainya.
Terdapat tiga tokoh yang sangat berpengaruh dalam berfilsafat. Socrates menyatakan bahwa terdapat kebenaran hakiki yang obyektif. Kebenaran obyektif tersebut diperolehnya melalui dialektika dengan beberapa orang yang dianggapnya ahli dalam bidang tertentu. Filsafat Socrates menemuka kaerangka berfikir induktif dan menemukan defenisi. Plato mengembangkan filasafat Socrates tentang kebenaran obyektif. Menurutnya kebenaran alaimah adalah reduksi dari kebenaran obyektif yang berada dalam idea. Plato mengembangkan aliran filsafat rasionalisme dan mengkritik Socrates bahwa defenisi bukan diperoleh dari induksi, tetapi kebenaran tersebut sesungguhnya sudah ada dalam idea. Dalam filsafatnya, Aristoteles bertitik tolak dari apa yang dia amati dalam hidup manusia dan hidup masyarakat. Dari praksis nyata dan data-data, dia kemudian menyimpulkan menjadi suatu theoria yang meliputi segala data pengamatan itu.  Aristoteles mengembangkan ilmu yang diperoleh dari Palto tentang Rasionalisme dan Socrates tentanga Induksi dan defenisi lalu mengembangkan konsep Logika. Dasar ajaran Aristoteles tentang logika berdasrkan atas ajaran tentang jalan pikiran (ratio-cinium) dan bukti. Jalan pikiran itu baginya berupa syllogismus (silogisme), yaitu putusan dua yang tersusun sedemikian rupa sehingga melahirkan putusan yang ketiga. Konsep silogisme Aristoteles adalah konsep dasar tatkala kesadaran manusia harus menapak awal melihat fenomena alam semesta dan mulai menganalisa keajaiban kehidupan bumi. dalam bahasa moderen, logika Aristoteles dapat dikatakan menggabungkan unsur empiris-induktif dan rasional-deduktif.
Kegiatan sejarah perencanaan wilayah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam sejarah perencanaan wilayah, pada awalnya kota dilihat secara fisik dan pada saat itu tipe perencanaan induk (master planning) banyak dipakai. Tipe perencanaan ini berasal dari bidang arsitektur; jadi memang lebih bersifat perencanaan fisik bangunan. Pada saat kehidupan mulai lebih kompleks, kota tidak hanya dilihat secara fisik tapi juga dari aspek-aspek lain, dan hal ini mendorong timbulnya tipe perencanaan komprehensif (menyeluruh).
Pada tahap awal perancanaan wilayah lebih pada menciptakan suaru keteraturan bangunan secara fisik tanpa kompleksitas yang tinggi karena jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak dan kompleksitas masalah yang tidak terlalu tinggi. Pada era pra Yunani pendekatan perencanaan masih didominasi oleh alam dan pemenuhan kebutuhan hidup minimal secara fisik. Kompleksitas masalah masih rendah dan teknologi peradabadan juga masih rendah. Contoh pembangunan pada era ini antara lain kota kuno Sumeria dan  Babilonia di Mesopotamia. Pada era Yunani dan Romawi teknologi dan peradaban sudah sedikit maju. Untuk memecahkan masalah yang relatif masih sederhana, pendekatan perencanaan sudah mulai mengubah alam dengan mengedepankan bentuk fisik estetis. Contohnya adalah kota Athena Yunani
Abad pertengahan sudah mulai memiliki teknologi dan peradaban yang sedikit maju. Dengan masalah yang mulai lebih kompleks maka pendekatan perencanaan didominai agama/kekuasaan dan lebih kepada arsitektur pertahanan militer tetapi tidak meninggalkan konsep fisik estetis. Tenkologi dan peradaban Renaissans lebih maju dan permasalahaan juga lebih kompleks. Perencanaan era tersebut sudah terkait pada pendekatan prestise bangsa, pemamfaatan ruang kolosal dengan tidak meninggalkan fisik estetis. Pada zaman industrialisasi teknoliogi dan peradaban sudah tinggi dan mengakibatkan masalah lebih kompleks, mobilisasi masyarakat yang cepat dan urbanisiasi tinggi. Pada zaman ini pendekatan perencanaan pada efisiensi ekonomi, kapitalistik dan produktifitas, arsitektonis dan ekonomis. Hingga zaman modern dengan tekonologi tinggi dan pengembangan IT dengan kompleksitas masalah yang superkompleks maka pendekatan perencanaan sudah menyeluruh, kewilayahan, lingkungan dan berkelanjutan.
Periode perencananan di Indonesia dimulai pada pra VOC. Pada periode ini pendekatan perencanaan masih berdasarkan tradisi dan spiritual. Pada periode VOC sudah dengan teknologi yang sudah mulai maju dan masalah kolonial maka pendekatan perencanaan diutamakan pada pertahanan, perluasan daerah kolonial, pengenalan perencanaan kota modern, pengembangan pusat ekomi baru melalui desentralisasi kolonial. Pada periode awal kemerdekaan dan Orde lama konflik regional, urbanisasi dan krisis ekonomi  menjadi masalah utama. Melalui teknologi yang cukup maju pendekatan perencanaan sudah menerapkan konsep semesta berencana, kesadaran perencanaan, peningkatan SDM dan pengembangan kota baru. Perencanaan juga dilaksanakan dengan pengembangan kota besar, pengembangan pertanian, perencanaan wilayah dan kota dan berwawasan pemerataan. Periode orde baru dengan teknologi dan peradaban lebih maju serta permasalahan yang kompleks dilaksanakan dengan pendekatan perencanaan yang menggunakan hirarki perencanaan, sentralistik, industrialisasi dan terpengaruh dengan negara maju. Pada periode reformasi teknologi peradaban sudah sangat maju dan masalah yang mucul sangat kompleks terkait lingkungan dan kemacetan. Perencanaan pembangunan diarahkan pada pengembangan metropolitan, kota satelit dan buffer area, peran pemerintah daerah dan swasta serta partisipatif dan desentralisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar