Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi.
Analisis pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk menjadi indikator kemajuan dan kesejahteraan sebuah negara atau wilayah dan pertanda tumbuh-kembangnya aktifitas ekonomi sebuah negara atau wilayah serta diharapkan akan memberi kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi.
Analisis pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk menjadi indikator kemajuan dan kesejahteraan sebuah negara atau wilayah dan pertanda tumbuh-kembangnya aktifitas ekonomi sebuah negara atau wilayah serta diharapkan akan memberi kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara
tingkat pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Angka
pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk prosentase dan bernilai positif, tapi
mungkin saja bernilai negatif (mislakan saja pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 1998 minus sekitar 4 – 6 %). Negatifnya pertumbuhan ekonomi tentu saja
disebabkan adanya penurunan yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun
berikutnya diabndingkan dengan tahun sebelumnya.
Untuk mengidentifikasi unggulan (potensi) ekonomi daerah
kita dapat menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analisis
(SSA). Analisis LQ menunjukkan tingkat
keunggulan komparatif suatu komoditi di suatu
daerah di bandingkan daerah lainnya secara rata-rata. Apabila hasil analis LQ nilainya
lebih dari 1 (LQ>1), maka dapat disebut komoditas unggulan. Analisis shift – share pada hakekatnya merupakan teknik yang sederhana
untuk menganalisis perubahan struktur perekonomian suatu wilayah dan pergeseran
struktur ekonomi suatu wilayah.
Berdasarkan
teori tersebut maka tabel berikut menggambarkan komoditas unggulan di Kota Tanjungpinang terhadap provinsi Kepulauan Riau dengan menggunakan analisis LQ.
Tabel 1
Tabel Analiis LQ berdasarkan
data PDRB Kota Tanjungpinang
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2012
LAPANGAN USAHA
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
RATA2
|
KET
|
CONS.
|
EKSPOR
|
Pertanian
|
0.40
|
0.40
|
0.40
|
0.40
|
0.40
|
NON BASIS
|
249.35
|
-149.35
|
Pertambangan dan Penggalian
|
0.01
|
0.01
|
0.01
|
0.01
|
0.01
|
NON BASIS
|
15189.72
|
-15089.72
|
Industri Pengolahan
|
0.49
|
0.48
|
0.46
|
0.46
|
0.47
|
NON BASIS
|
211.70
|
-111.70
|
Listrik, gas dan air bersih
|
1.12
|
1.24
|
1.17
|
1.22
|
1.19
|
BASIS
|
84.21
|
15.79
|
Bangunan
|
2.01
|
1.99
|
1.98
|
2.01
|
2.00
|
BASIS
|
50.10
|
49.90
|
Perdagangan, hotel dan restoran
|
1.43
|
1.41
|
1.42
|
1.39
|
1.41
|
BASIS
|
70.76
|
29.24
|
Pengangkutan dan Komunikasi
|
3.41
|
3.50
|
3.56
|
3.57
|
3.51
|
BASIS
|
28.50
|
71.50
|
Keuangan, Persewaan dan Jasa
|
1.49
|
1.56
|
1.66
|
1.68
|
1.59
|
BASIS
|
62.72
|
37.28
|
Jasa-Jasa
|
3.03
|
3.09
|
3.05
|
3.01
|
3.05
|
BASIS
|
32.84
|
67.16
|
TOTAL
|
1.00
|
1.00
|
1.00
|
1.00
|
1.00
|
100.00
|
0.00
|
Sumber: data primer Analisis LQ berdasarkan laporan BPS
Tanjungpinang
Dari tabel hasil
analisis location quotion (LQ) Kota Tanjungpinang di atas, terlihat bahwa
sektor Listrik, gas dan air bersih; Bangunan; Perdagangan, hotel dan restoran;
Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa; dan, Jasa-jasa merupakan sektor basis Kota
Tanjungpinang. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh status
administratif Kota Tanjungpinang sebagai ibu kota provinsi.
Berdasarkan kondisi ini dapat
disimpulkan bahwa sektor-sektor yang menjadi sektor basis merupakan sektor kuat
disebabkan karena nilai LQnya yang lebih besar dari satu (LQ>1). Hal
tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut potensial dalam menunjang
perekonomian Kota Tanjungpinang dan mempunyai kecenderungan ekspor ke daerah lain.
Sedangkan yang menjadi sektor non basis yaitu sektor-sektor yang nilai LQnya
lebih kecil dari satu (LQ<1 daerah="" dari="" impor="" ini="" kecenderungan="" lain.="" mempunyai="" menyebabkan="" sehingga="" sektor-sektor="" span="" untuk="">1>
Analisis sektor unggulan
selanjutnya untuk
melihat daya saing masing – masing sektordengan
menggunakan Analisis Shift
– Share. Adapun rumus perhitungan analisis shift –
share:
Keterangan:
a = Komponen
Pertumbuhan Nasional (PN)
b = Komponen proportional
shift (PS)
c = Komponen
differential shift (DS)
X.. = Nilai total
aktifitas dalam total wilayah
X.i
= Nilai aktifitas tertentu dalam total wilayah
Xij
= Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
t1
= titik tahun akhir
t0
= titik tahun awal
Analisis SSA dengan menggunakan data PDRB digambarkan pada
tabel berikut:
Tabel 2
Tabel Analisis SSA berdasarkan
data PDRB Kota Tanjungpinang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2012
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa Sektor Pertanian; pertambangan dan penggalian; pengangkutan dan
komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa; serta Jasa-jasa di Kota Tanjungpinang memiliki pertumbuhan
lambat dan memiliki daya saing kurang baik
(Kategori III – D dan P Negatif). Sedangkan sektor industri pengolahan, Listrik, gas dan air bersih; Bangunan; serta Perdagangan,
hotel dan restoran memiliki pertumbuhan cepat tetapi memiliki daya saing yang kurang baik (Kategori II – D
Negatif dan P Positif).
Kota Tanjungpinang tidak memiliki sektor usaha yang memiliki pertumbuhan cepat dan
memiliki daya saing yang baik (Kategori I – D
dan P Positif) serta sektor usaha yang memiliki pertumbuhan lambat dan memiliki
daya saing yang baik (Kategori IV – D Positif dan P Negatif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar